Rabu, 30 November 2011


_pernyataan cinta untuk Yurika_ part#1_


            Yurika tidak bisa tidur. Empat jam sudah dia berbaring ditempat tidur. Selimut dan bantalnya tergeletak di lantai, jatuh. Matanya bahkan tidak bisa terpejam barang satu menit. Pikirannya melayang pada kejadian di rumah Emma tadi.
            “Han, siapa orang yang lu suka?” Rendi bertanya.
            Mereka sedang berkumpul di rumah Emma. Malas pulang sesudah shalat tarawih tadi. Yurika terpaksa berada disana karena menunggu jemputan. Mereka bermain permainan Truth or Dare untuk mengisi waktu. Hanya saja yang mereka mainkan bagian Truthnya, tanpa Dare.
            Farhan, the most wanted male at Harapan Bangsa, gelagapan mendapat pertanyaan dari Rendy. Wajahnya memerah. Yurika merasa heran, kenapa dia harus gelagapan padahal jawabannya sudah diketahui umum. Farhan pacaran dengan Emma. Begitu kata Tia.

“Iya Han..”
            “Siapa Han?”
            “Cepetan dong jawab..”
            Yang lain ikut-ikutan memanasi Farhan. Yurika berani bersumpah, dia melihat wajah Farhan benar-benar merah.
            “Emma..” entah siapa yang berkata begitu, tapi yang lain bergumam membenarkan. Emma terlihat cuek mendengar namanya diperbincangkan. Dia malah masuk kedalam rumah, mengambil minum tambahan.
            “Yurika..”
            Mata Yurika melebar mendengar namanya disebut. Apa hubungannya?
            “Gua pernah lihat mereka berdua jalan bareng,”
            Memori otak Yurika bekerja cepat. Beberapa minggu yang lalu dia memang pernah ‘jalan’ dengan Farhan. Tapi waktu itu hanya ucapan terima kasih Farhan pada Yurika karena telah memberikan pertolongan pertama pada kakinya saat terkilir di pertandingan basket yang dia ikuti. Kebetulan Yurika ‘wajib’ hadir, sebagai perwakilan anggota PMR.
            Semuanya diam. Menatap Farhan, lalu Emma, dan beralih ke Yurika. Wajah Farhan masih merah, matanya menatap lurus pada Yurika. Yurika yang merasa tidak enak dipandangi seperti itu, menunduk. Emma terlihat semakin cuek.
            Untung keadaan menyelamatkan Yurika. Satpam di rumah Emma datang terpogoh-pogoh memberitahukan ada yang datang untuk menjemput Yurika. Yurika benar-benar berterima kasih kepada kakaknya, juga Tuhan tentunya. Dia cepat-cepat pamit.
Jam teddy dikamarnya berdentang tiga kali. Sudah jam tiga pagi. Yurika bangkit dari tidurnya. Memunguti bantal. Lalu keluar kamar untuk membantu Sakira menyiapakan makan sahur.
©©©
            Biasanya setelah shalat subuh, Yurika akan kembali terlelap. Melanjutkan tidur. Tapi kali ini tidak. Matanya merasa ngantuk. Otaknya memerintahkannya untuk tetap sadar.
            Yurika meraih hpnya disamping bantal. Jarinya lincah memencet keypad. Beberapa saat kemudian nama Intan tertera di lcd beserta sederet nomer.
           Terdengar lagu debut Cinta Laura, U Say Aku. Beberapa kali suara si cinta Laura terdengar, sebelum sebuah suara yang Yurika nantikan berbicara.
            “Tumben lu nelpon gua jam segini. Biasanya lu tidur, ada apa?” begitu sambutan Intan yang langsung membuat Yurika manyun.
            Intan adalah sahabat dekat Yurika. Kebetulan mereka dekat dari SMP dan berlanjut hingga sekarang. Mereka kembali satu sekolah di SMA Harapan Bangsa. Satu kelas. Kelas sepuluh tiga.
            “Tan..” Yurika merengek. Kebiasaannya bila ada yang meresahkan hatinya. Intan tahu itu, makanya dia langsung diam. Siap mendengarkan. Tanpa diminta Yurika langsung menceritakan kejadian di rumah Emma dari a sampai z.
            “Itu kan nggak mungkin banget..” Yurika mengakhiri ceritanya.
            “Mungkin aja kali,” kata Intan tanpa peduli pada Yurika. Bisa-bisa Yurika mendapat serangan jantung dadakan.
            “Terus pacarnya mau dikemanain Non..?” tanya Yurika sewot.
            “Mungkin aja mereka udah putus,” Intan berkata tenang.
            Yurika hanya percaya pada Intan. Setelah Sakira tentu saja. Tapi untuk percaya hal yang satu ini, rasanya sulit.
©©©