_pernyataan cinta untuk Yurika_ part#1_
Yurika tidak bisa tidur. Empat jam sudah dia
berbaring ditempat tidur. Selimut dan bantalnya tergeletak di lantai, jatuh.
Matanya bahkan tidak bisa terpejam barang satu menit. Pikirannya melayang pada
kejadian di rumah Emma tadi.
“Han,
siapa orang yang lu suka?” Rendi bertanya.
Mereka
sedang berkumpul di rumah Emma. Malas pulang sesudah shalat tarawih tadi.
Yurika terpaksa berada disana karena menunggu jemputan. Mereka bermain
permainan Truth or Dare untuk mengisi
waktu. Hanya saja yang mereka mainkan bagian Truthnya, tanpa Dare.
Farhan, the most wanted male
at Harapan Bangsa, gelagapan mendapat pertanyaan dari Rendy. Wajahnya memerah. Yurika merasa heran,
kenapa dia harus gelagapan padahal jawabannya sudah diketahui umum. Farhan
pacaran dengan Emma. Begitu kata Tia.
“Iya Han..”
“Siapa
Han?”
“Cepetan
dong jawab..”
Yang
lain ikut-ikutan memanasi Farhan. Yurika berani bersumpah, dia melihat wajah
Farhan benar-benar merah.
“Emma..”
entah siapa yang berkata begitu, tapi yang lain bergumam membenarkan. Emma
terlihat cuek mendengar namanya
diperbincangkan. Dia malah masuk kedalam rumah, mengambil minum tambahan.
“Yurika..”
Mata
Yurika melebar mendengar namanya disebut. Apa hubungannya?
“Gua
pernah lihat mereka berdua jalan bareng,”
Memori
otak Yurika bekerja cepat. Beberapa minggu yang lalu dia memang pernah ‘jalan’
dengan Farhan. Tapi waktu itu hanya ucapan terima kasih Farhan pada Yurika
karena telah memberikan pertolongan pertama pada kakinya saat terkilir di
pertandingan basket yang dia ikuti. Kebetulan Yurika ‘wajib’ hadir, sebagai
perwakilan anggota PMR.
Semuanya
diam. Menatap Farhan, lalu Emma, dan beralih ke Yurika. Wajah Farhan masih
merah, matanya menatap lurus pada Yurika. Yurika yang merasa tidak enak
dipandangi seperti itu, menunduk. Emma terlihat semakin cuek.
Untung
keadaan menyelamatkan Yurika. Satpam di rumah Emma datang terpogoh-pogoh
memberitahukan ada yang datang untuk menjemput Yurika. Yurika benar-benar
berterima kasih kepada kakaknya, juga Tuhan tentunya. Dia cepat-cepat pamit.
Jam teddy dikamarnya
berdentang tiga kali. Sudah jam tiga pagi. Yurika bangkit dari tidurnya. Memunguti
bantal. Lalu keluar kamar untuk membantu Sakira menyiapakan makan sahur.
©©©
Biasanya setelah shalat subuh, Yurika akan
kembali terlelap. Melanjutkan tidur. Tapi kali ini tidak. Matanya merasa
ngantuk. Otaknya memerintahkannya untuk tetap sadar.
Yurika
meraih hpnya disamping bantal. Jarinya lincah memencet keypad. Beberapa saat
kemudian nama Intan tertera di lcd beserta sederet nomer.
Terdengar
lagu debut Cinta Laura, U Say Aku.
Beberapa kali suara si cinta Laura terdengar, sebelum sebuah suara yang Yurika
nantikan berbicara.
“Tumben
lu nelpon gua jam segini. Biasanya lu tidur, ada apa?” begitu sambutan Intan
yang langsung membuat Yurika manyun.
Intan
adalah sahabat dekat Yurika. Kebetulan mereka dekat dari SMP dan berlanjut
hingga sekarang. Mereka kembali satu sekolah di SMA Harapan Bangsa. Satu kelas.
Kelas sepuluh tiga.
“Tan..”
Yurika merengek. Kebiasaannya bila ada yang meresahkan hatinya. Intan tahu itu,
makanya dia langsung diam. Siap mendengarkan. Tanpa diminta Yurika langsung menceritakan
kejadian di rumah Emma dari a sampai z.
“Itu
kan nggak mungkin banget..” Yurika mengakhiri ceritanya.
“Mungkin
aja kali,” kata Intan tanpa peduli pada Yurika. Bisa-bisa Yurika mendapat
serangan jantung dadakan.
“Terus pacarnya mau dikemanain Non..?” tanya Yurika sewot.
“Mungkin
aja mereka udah putus,” Intan berkata tenang.
Yurika
hanya percaya pada Intan. Setelah Sakira tentu saja. Tapi untuk percaya hal
yang satu ini, rasanya sulit.
©©©