Minggu, 11 Maret 2012

RINQUETS : SCENE #1 CERMIN SATU ARAH


Aku memandangmu dari kejauhan. Tersenyum, tertawa, bercanda, kesal.. kamu begitu manusiawi. Aku memang ada dihadapanmu, tapi rasanya ada lima ratus juta tahun cahaya jarak memisahkan kita. Kita bersisian namun aku seolah menyaru menjadi udara agar kamu tidak merasakan keberadaanku.
Jangan ditanya bagaimana caraku menjalani ini semua, karena kamu pasti tidak akan bisa memahaminya. Bahkan kalau aku ini waras, akalku pun akan menentangnya.

Selama keadaanku masih seperti ini, aku akan terus tembus pandang, meski hatiku menjerit memerintahkan untuk menegaskan keberadaanku. Tapi tidak. Jika kamu masih begini akupun akan terus begini.
Gila!
Ya aku memang gila. Menusukkan sebilah sembilu dan mencacah hatiku sendiri memang perbuatan yang gila. Tapi pikiranku berkata, akan lebih gila lagi kalau aku menusuk hati orang lain.
Boleh saja kamu menganggapku sok menjadi lilin dikala matahari sedang meraja; pengorbanan diri yang sia-sia. Tapi aku adalah lilin yang menerangi ruang yang terbebas dari sang raja siang. Ruangan yang akan selalu gelap tanpa pengorbananku. Sang lilin.
Seolah kita ini berada dalam dua ruangan bersisian yang dibatasi oleh cermin satu arah. Aku bisa melihatmu dengan jelas, tapi kamu hanya akan menatap pantulan dirimu, tanpa tahu bahwa aku ada disana melihatmu dengan penuh perhatian.
=.=.=
“Menurutmu, aku ini bagaimana?” Tanyamu menatap langsung mataku.
Aku bingung. “Bagaimana apanya?”
“Ya, selama kenal denganku menurutmu aku ini orang yang seperti apa?”
Diam. Itu jawaban yang bisa aku berikan.
Dalam otakku sudah terangkai jawaban lengkap. Penuh perhatian, punya segudang empati, senang berbagi, selalu ringan untuk membantu orang lain, tidak pernah perhitungan untuk urusan apapun, dan yang paling penting kamu akan selalu menyediakan waktu untukku bagaimanapun keadaanmu.
“Anggrek..” panggilmu setelah sekian lama tidak ada jawaban dariku.
“Namaku Ran, bukan Anggrek.” Jawabku tak mau namaku disaru dalam bahasa lain.
“Tapi ini Indonesia, disini hanya ada Anggrek..” kamu tak mau kalah. “Hentikan pembicaraan masalah nama ini, jawab saja pertanyaanku.”
“Menurutmu, kamu ini orang yang bagaimana?” aku balik bertanya, enggan jujur padamu.
Kamu tidak menjawab perttanyaan balikku. Kamu sibuk membaca pesan yang baru saja masuk ke telepon selulermu.
“Kenapa?” Aku sudah tahu jawaban pertanyaanku ini dari ekspresi wajahmu. “Dia membutuhkanmu?” pertanyaanku tepat sasaran. “Pergilah.” Kataku sok peduli. Padahal sebenarnya aku tidak ingin kamu pergi menemuinya.
Kamu tidak membantah perintahku, meski itu yang aku harapkan.
“Aku pergi dulu ya, kamu masih berhutang jawaban padaku.”
=.=.=

Aku merasa tersudut. Menjelang petang tadi, saat aku beredar di dunia maya, dia yang mamiliki separuh hatimu muncul dalam daftar pesanku.
                Yin          : Hai, Ran.. apa kabar?
                Orchid  : Baik.. J bagaimana denganmu?
                Yin          : Seperti biasanya, aku baik.
                                 Ran, bagaimana dia di kampus? Dia sedang sibuk ya?
                Orchid  : Seperti biasanya, dia baik di kampus. Yah, lumayan..
                                  Sudah ada deadline yang menunggu untuk segera diselesaikan.
                                  Kenapa, Bulan?
                Yin          : Dia lebih diam dari biasanya.. L
                Orchid  : Bukan berarti dia tidak perhatian padamu kan?
                                  Kurasa dia hanya sedang banyak pikiran karena tugas.. take easy baby..
                Yin          : Terima kasih Ran, J
                                  Aku titip dia ya.. ingatkan dia jangan terlalu memvorsir badan untuk kuliah..
                Orchid  : Iya, bu dokter..
                Yin          : Haha, belum Ran.. baru calon. J
                Ran        : Sama saja. :p
                Yin          : Beda….
                Ran        : Hahahaha,,
                Yin          : Hanya kamu yang bisa aku percaya untuk selalu menjaganya.. J
                                  Terima kasih karena kamu telah ada untuk menjadi teman baiknya.. J
                Ran        : …
Dan kamu mengirimiku sebuah pesan, tepat setelah percakapanku dengannya via sambungan kabel selesai.
                Cinta itu bahagia tapi menyakitkan...
Saat kita mencintai, kita bahagia,
Saat kita cemburu, kita terluka,
Cinta tak harus memiliki... itu BOHONG!!
Semua orang ingin memiliki bahkan terkadang harus merasa memiliki,
Dengan melihat orang yang dicintai bahagia, kita pun ikut bahagia... itu BOHONG!!
Kita hanya pura-pura bahagia
Di saat hati kita sakit... Itu mengajarkan kita untuk menjadi munafik,
Lebih bahagia dicintai daripada mencintai... itu SALAH!!
Saat dicintai kita hanya merasa bangga,
Namun saat mencintai, kita dapat merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya...
Terima kasih, kalian telah membuat kedua mataku bengkak malam ini.
=.=.=
“Anggrek, kamu masih berhutang jawaban padaku.” Perkataan pertamamu pagi ini saat kita bertemu di kelas.
“Jangan tanya sekarang, aku sedang tidak mood.”  Nada jawabanku lebih ketus dari yang aku harapkan.
“Kamu kenapa? Kamu sakit?” tanyamu dalam nada cemas.
“Aku baik-baik saja. Tapi tolong, aku sedang ingin sendiri.”
Dan kuputuskan untuk pindah tempat duduk menjauhimu. Kubiarkan kamu bingung dengan sikapku hari ini. Biarkan aku menata hatiku sendiri tanpa bantuanmu. Hingga malam, tidak kuhiraukan pesan dan telepon darimu.
Aku tidak akan menyalahkanmu untuk apa yang menimpaku. Ini keputusanku sendiri, untuk terus menatapmu.
=.=.=