Aku memandangmu dari kejauhan. Tersenyum,
tertawa, bercanda, kesal.. kamu begitu manusiawi. Aku memang ada dihadapanmu,
tapi rasanya ada lima ratus juta tahun cahaya jarak memisahkan kita. Kita
bersisian namun aku seolah menyaru menjadi udara agar kamu tidak merasakan
keberadaanku.
Jangan ditanya bagaimana caraku menjalani ini
semua, karena kamu pasti tidak akan bisa memahaminya. Bahkan kalau aku ini
waras, akalku pun akan menentangnya.
Selama keadaanku masih seperti ini, aku akan
terus tembus pandang, meski hatiku menjerit memerintahkan untuk menegaskan
keberadaanku. Tapi tidak. Jika kamu masih begini akupun akan terus begini.
Gila!
Ya aku memang gila. Menusukkan sebilah sembilu
dan mencacah hatiku sendiri memang perbuatan yang gila. Tapi pikiranku berkata,
akan lebih gila lagi kalau aku menusuk hati orang lain.
Boleh saja kamu menganggapku sok menjadi lilin
dikala matahari sedang meraja; pengorbanan diri yang sia-sia. Tapi aku adalah
lilin yang menerangi ruang yang terbebas dari sang raja siang. Ruangan yang
akan selalu gelap tanpa pengorbananku. Sang lilin.
Seolah kita ini berada dalam dua ruangan
bersisian yang dibatasi oleh cermin satu arah. Aku bisa melihatmu dengan jelas,
tapi kamu hanya akan menatap pantulan dirimu, tanpa tahu bahwa aku ada disana
melihatmu dengan penuh perhatian.
=.=.=
“Menurutmu, aku ini bagaimana?” Tanyamu menatap
langsung mataku.
Aku bingung. “Bagaimana apanya?”
“Ya, selama kenal denganku menurutmu aku ini
orang yang seperti apa?”
Diam. Itu jawaban yang bisa aku berikan.
Dalam otakku sudah terangkai jawaban lengkap.
Penuh perhatian, punya segudang empati, senang berbagi, selalu ringan untuk
membantu orang lain, tidak pernah perhitungan untuk urusan apapun, dan yang
paling penting kamu akan selalu menyediakan waktu untukku bagaimanapun
keadaanmu.
“Anggrek..” panggilmu setelah sekian lama tidak
ada jawaban dariku.
“Namaku Ran, bukan Anggrek.” Jawabku tak mau
namaku disaru dalam bahasa lain.
“Tapi ini Indonesia, disini hanya ada Anggrek..”
kamu tak mau kalah. “Hentikan pembicaraan masalah nama ini, jawab saja
pertanyaanku.”
“Menurutmu, kamu ini orang yang bagaimana?” aku
balik bertanya, enggan jujur padamu.
Kamu tidak menjawab perttanyaan balikku. Kamu
sibuk membaca pesan yang baru saja masuk ke telepon selulermu.
“Kenapa?” Aku sudah tahu jawaban pertanyaanku
ini dari ekspresi wajahmu. “Dia membutuhkanmu?” pertanyaanku tepat sasaran.
“Pergilah.” Kataku sok peduli. Padahal sebenarnya aku tidak ingin kamu pergi
menemuinya.
Kamu tidak membantah perintahku, meski itu yang
aku harapkan.
“Aku pergi dulu ya, kamu masih berhutang jawaban
padaku.”
=.=.=
Aku merasa tersudut. Menjelang petang tadi, saat
aku beredar di dunia maya, dia yang mamiliki separuh hatimu muncul dalam daftar
pesanku.
Yin : Hai, Ran.. apa kabar?
Orchid : Baik.. J
bagaimana denganmu?
Yin : Seperti biasanya, aku baik.
Ran, bagaimana dia di kampus? Dia sedang sibuk
ya?
Orchid : Seperti biasanya, dia baik di kampus. Yah,
lumayan..
Sudah ada deadline yang menunggu untuk segera
diselesaikan.
Kenapa, Bulan?
Yin : Dia lebih diam dari biasanya.. L
Orchid : Bukan berarti dia tidak perhatian padamu
kan?
Kurasa dia hanya sedang banyak pikiran karena
tugas.. take easy baby..
Yin : Terima kasih Ran, J
Aku titip dia ya.. ingatkan dia jangan terlalu
memvorsir badan untuk kuliah..
Orchid : Iya, bu dokter..
Yin : Haha, belum Ran.. baru calon. J
Ran : Sama saja. :p
Yin : Beda….
Ran : Hahahaha,,
Yin : Hanya kamu yang bisa aku percaya
untuk selalu menjaganya.. J
Terima kasih karena kamu telah ada untuk
menjadi teman baiknya.. J
Ran : …
Dan kamu mengirimiku sebuah pesan, tepat setelah
percakapanku dengannya via sambungan kabel selesai.
Cinta
itu bahagia tapi menyakitkan...
Saat
kita mencintai, kita bahagia,
Saat
kita cemburu, kita terluka,
Cinta
tak harus memiliki... itu BOHONG!!
Semua
orang ingin memiliki bahkan terkadang harus merasa memiliki,
Dengan
melihat orang yang dicintai bahagia, kita pun ikut bahagia... itu BOHONG!!
Kita
hanya pura-pura bahagia
Di saat
hati kita sakit... Itu mengajarkan kita untuk menjadi munafik,
Lebih
bahagia dicintai daripada mencintai... itu SALAH!!
Saat
dicintai kita hanya merasa bangga,
Namun
saat mencintai, kita dapat merasakan arti kebahagiaan yang sesungguhnya...
Terima kasih, kalian telah membuat kedua mataku
bengkak malam ini.
=.=.=
“Anggrek, kamu masih berhutang jawaban padaku.”
Perkataan pertamamu pagi ini saat kita bertemu di kelas.
“Jangan tanya sekarang, aku sedang tidak
mood.” Nada jawabanku lebih ketus dari
yang aku harapkan.
“Kamu kenapa? Kamu sakit?” tanyamu dalam nada
cemas.
“Aku baik-baik saja. Tapi tolong, aku sedang
ingin sendiri.”
Dan kuputuskan untuk pindah tempat duduk
menjauhimu. Kubiarkan kamu bingung dengan sikapku hari ini. Biarkan aku menata
hatiku sendiri tanpa bantuanmu. Hingga malam, tidak kuhiraukan pesan dan
telepon darimu.
Aku tidak akan menyalahkanmu untuk apa yang
menimpaku. Ini keputusanku sendiri, untuk terus menatapmu.
=.=.=