Jumat, 09 November 2012

RIN'S QUEST : SCENE #7 SEBENTUK KENANGAN TENTANGMU


Putihnya plafon kamar mengingatkanku pada beberapa scene kenangan yang tiba-tiba merajuk untuk diingat. Semuanya melibatkanmu. Ah, lagi-lagi kamu.. bisakah jika untuk sekali ini, kamu berdiam dulu dalam laci memoriku?
=.=.=


Panik. Sepertinya aku memang sudah identik dengan kata itu. Dengan memori otak yang cukup pendek, dimana aku sering melupakan hal-hal penting dan malah mengingat detail kecil. Bagaimana mungkin aku melupakan tugas Beton dan malah begadang semalaman demi menuntaskan Septimus Heap..
Ah, kepada siapa aku harus bergantung sekarang?
Tiba-tiba saja namamu terbersit dalam kepalaku. Meskipun awalnya aku ragu, tapi kuberanikan diri untuk menghubungimu. Mencoba mengabaikan cerita orang bahwa kamu ini adalah orang yang enggan direpotkan. Tapi waktuku tinggal satu setengah jam, dan aku tidak ingat siapa lagi yang mengikuti kuliah ini selain dirimu.
“Tolong aku, bisakah aku menyontek pekerjaan Beton milikmu?” tanyaku melalui sambungan telepon. Aku segera meneleponmu, tidak mau menunggu lama dengan mengirimimu SMS, karena kadang kamu memasang silent mode.
Dalam lima belas menit, kamu sudah berada di depan rumah kos ku.
“Biar aku yang kesana.” Katamu saat aku memutuskan untuk mendatangi rumahmu setelah kamu memberikan persetujuan.
Dan banyak yang tidak percaya saat aku bercerita bahwa kamu membiarkan pekerjaanmu kucontek dengan suka rela, bahkan kamu mengantarkannya sendiri ke rumah kosku.
=.=.=
Menyebalkan sekali saat aku harus menggotong kardus-kardus air mineral ini sendiri. Lalu apa fungsinya mereka yang mengaku berjenis kelamin lelaki itu yang justru duduk bercengkrama di selasar sana?
Ah, masa bodoh! Aku harus segera membawa kardus-kardus ini ke lantai tiga.
“Sini, biar aku yang bawa.” Dan kamu langsung mengambil alih kardus dalam pelukanku. Membawanya tanpa kuminta. “Biar nanti aku yang bawa. Kamu naik dulu.” Tambahmu saat aku hendak mengambil kardus lain yang masih tergeletak di depan pintu masuk.
=.=.=
Sudah hampir tengah malam. Aku benar-benar ragu  untuk kembali ke rumah kosku. Tapi jarak rumah temanku ini terlalu jauh untuk kutempuh esok pagi, karena aku harus masuk kelas pagi. Lagipula aku tidak yakin aku akan bisa dengan mudah beranjak dari tempat tidur jika keadaan tubuhku saja sekarang ini terasa remuk.
“Biar aku yang nganterin Ran pulang.” Katamu tanpa ada yang meminta.
Semua orang menatapmu.
Hanya aku satu-satunya yang berkeras untuk tidak tinggal menginap, karena alasan kuliah pagiku itu. Ditambah lagi, ada tugas lain yang belum sempat kuselesaikan, dimana aku tidak mungkin bisa mengerjakannya di tempat lain karena materinya kutinggal di kos.
Kutolak tawaranku karena aku akan merepotkanmu. Jika mengantarkanku kembali ke kampus, kamu akan memutar jauh untuk bisa sampai di rumahmu.
“Nggak pa pa, kamu ini cewek. Bahaya tengah malam begini.” Perkataanmu enggan dibantah.
=.=.=
Kenapa lagi-lagi aku teringat padamu?
=.=.=


Sebentuk kenangan tentangmu.