Sabtu, 06 Oktober 2012

Random Project : Aku Rindu


Aku rindu.
# # #


Letak ruang kelasnya masih sama. Masih berada di ujung selatan sayap timur. Berada tepat di sebelah kamar mandi. Tapi sudah tidak ada bunga soka di taman kecil depan kelas, bunga anggrek yang kamu bentu meletakkan di pohon rambutan pun sudah tidak ada. Bahkan tempat tadinya pohon rambutan itu terpaku ke tanah sekarang sudah ditumbuhi mahoni remaja. Ah, sayang sekali padahal banyak kenangan kita tentang taman kecil itu. Hari piket kita yang sama membuat acara menyiram tanaman cukup semarak.
Ventilasi tinggi berkawat yang dulu menjadi satu-satunya bukaan selain pintu, sekarang sudah diganti dengan jendela kaca yang hanya setinggi dada orang dewasa. Ingatkah kamu, saat dulu kamu meletakkan tas baruku ke ventilasi itu. Lalu buru-buru kamu ambil lagi saat tahu aku berlari ke ruang guru sambil menangis untuk mengadukanmu. Oh ya, dulu kamu mengataiku cengeng, tapi setiap hari selalu saja kamu mencari-cari alasan dan cara untuk membuatku menangis. Mulai dari menyembunyikan buku-bukuku sampai menakut-nakutiku dengan cicak dan cacing. Jadi, salahmu kalau aku selalu saja menangis di sekolah.
Semalam, apakah kamu menonton pertandingan sepak bola klub kesayanganku? Juga kesayanganmu? Aku akan mengaku padamu, aku menyukainya juga karenamu. Karenamu yang selalu bercerita tentang hebatnya pasukan merah dari kota mode. Karenamu yang membawa jam dinding AC Milan untuk mengganti jam dinding kelas yang kamu pecahkan saat bermain sepak bola. Kukatakan satu hal yang belum sempat kukatakan padamu dulu. Bahwa jam dinding dengan latar belakang lambang AC Milan sama sekali tidak kelihatan bagus. Justru itu merusak mata karena fokus retina yang dibutuhkan menjadi lebih besar.
# # #
Aku rindu.
# # #
Seseorang memutar lagu lama Dewa 19, kosong. Aku suka lagu itu. Dan itu karenamu. Karena kamu sering bergumam menyanyikan lagu itu dibelakangku. Dengan hanya 75 centimeter jarak kita, aku bisa mendengar dengan jelas apa yang kamu katakan. Karena jarak yang hanya 75 centimeter itu, kita jadi sering berdebat, karena kamu selalu membantah apapun yang aku katakan. Meskipun itu adalah jawaban soal yang sudah mutlak kebenarannya.
“Dengarkan ini,” katamu suatu pagi. Aku lupa hari apa itu, tapi kita sedang memakai seragam pramuka.  Mungkin rabu atau kamis.
Kamu menyanyikan lagu terbaru Sheila On 7 waktu itu, Sahabat Sejati.
“… aku hitam kau pun hitam, arti teman lebih dari sekedar materi..”
Lagu itu pun berhasil memasuki daftar lagu kesukaanku. Terima kasih, karena pengaruhmu akhirnya aku bisa sedikit mengenal musik, tidak hanya lagu Doraemon.
“Kalian ini mesra sekali, sama-sama pintar dan sama-sama kesayangan guru, benar-benar pasangan serasi.”
Aku ingat, komentar itu yang membuatku sedikit menjaga jarak darimu. Tapi kamu tetap biasa-biasa saja. Tetap berusaha melibatkanku dalam setiap pembicaraan yang kamu lakukan. Mungkin kamu tidak merasa terganggu dengan komentar itu sepertiku.
# # #
Aku rindu.
# # #
Aku ingat alasan kepindahanmu dulu. Karena nilai-nilaimu terjun bebas. Kalah jauh dari nilai-nilaiku yang di tahun sebelumnya berhasil kamu salip.
“Iya, ini hari terakhirku di sini.” Katamu mencoba tetap tersenyum. “Tenanglah, aku tidak akan pindah rumah. Setiap pagi aku masih akan melihatmu datang ke sekolah.”
Rumahmu memang masih di depan sekolah, tapi bukankah sekolahmu akan pindah? Itu berarti kita bukan lagi teman sekolah.
Tunggu sebentar. Berarti akulah yang telah membuatmu pindah sekolah! Karena aku kembali mendapat tempat pertama, kamu terpaksa menuruti untuk pindah sekolah.
Ah, benar-benar pikiran yang sederhana sekali!
# # #
Aku rindu.
# # #
“Rindu ya, sama kekasih. Ngelamun aja dari tadi?”
Masih saja ada gurauan, meski sudah kukatakan bahwa kita bukanlah sepasang kekasih.
# # #
Aku rindu.
# # #
Kesekian kalinya aku lewat di depan rumahmu. Dulu kamu akan menggodaku yang terburu-buru berlari karena hampir terlambat masuk kelas. Kalau aku saja hampir terlambat, kenapa kamu belum berangkat? Bukankah sekolahmu menjadi lebih jauh.
Bangunan rumahmu masih sama. Masih ada warung kecil tempat ibumu menghabiskan sebagian besar waktunya. Beberapa kali aku juga mampir untuk mencari sekedar bumbu dapur, dan kabarmu. Tapi kamu tidak pernah lagi duduk di beranda depan dengan sepiring siomay kesukaanmu.
Kamu bahkan tidak pernah lagi berlari-lari di lapangan dekat rumahku.
Kamu juga tidak muncul saat semua orang, juga keluargamu, beramai-ramai pergi ke masjid pada hari raya.
Padahal aku sudah sengaja melewati depan rumahmu.
# # #
Aku rindu.
# # #
Kuberitahukan satu hal padamu. Besok aku akan kembali ke kota kita. Dan kupastikan aku akan dengan sengaja melewati depan rumahmu. Meskipun aku tidak akan membeli apa-apa di warung ibumu, tapi aku akan tetap melewati depan rumahmu.
Jadi bisakah kamu menungguku di depan rumahmu.
Sekedar memberiku sebentuk senyum untuk kusimpan sebagai kenangan.
Meskipun kamu menggodaku, aku tidak akan menangis lagi.
Bisakah kamu berjanji padaku?
# # #
Aku rindu
# # #


Oktober 2012

p.s. aku benar-benar merindukanmu

p.p.s mohon masukannya yaah~ mohon jauhkan diri dari kebiasaan menjadi silent reader... ^^